Memanjakan Lidah Direstoran Kuno Dengan Menu Masakan Tempo Dulu
Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Istilah ini pas menggambarkan restoran kuno yang digemari hingga kini. Selain santapan lezat, kesan jadulnya mengundang misteri.
Mau merasakannya? Yuk, jangan ragu menjelajah kota dan mendatangi resto-resto khas ini.
Di Jakarta saja ada lebih dari 100 resto menyuguhkan menu-menu masakan tempo dulu. Suasana restoran biasanya diperkuat dengan hadirnya bangunan dan desain interior khusus mengukuhkan kesan zaman baheula. Beberapa di antaranya sengaja menempati bangunan peninggalan Belanda atau rumah tradisional. Ada juga resto yang memadukan ruang mengilat di mal dengan racikan masakan berumur ratusan tahun silam.
Pilihan tempat makan bermenu atau bersuasana kuno, salah satunya adalah Restoran Chicken Master di Lantai 5, Grand Indonesia West Mall, dekat Bundaran Hotel Indonesia. Restoran ini menyuguhkan menu utama Ayam si Pengemis yang menjadi kesukaan raja-raja Tiongkok.
Di Huize Trivelli Heritage Resto and Pattisier, Jalan Tanah Abang II, Nomor 108, Jakarta Pusat, rumah kuno dengan detail hiasan interior asli peninggalan masa yang telah lewat membuat pengunjung betah berlama-lama.
Mau yang benar-benar beda? Datang saja ke Restoran Samarra di kawasan Jalan Kebon Sirih, masih di Jakarta Pusat. Bangunan dan pernik-pernik restoran ini membawa pengunjung ke kota tua abad IX di tepi Sungai Tigris yang sekarang menjadi bagian dari Irak. Meski bergaya Timur Tengah, menu-menu yang disuguhkan didominasi masakan Jawa dan Bali, terutama sate.
Tempat menarik lainnya adalah Restoran Oasis, masih di sekitar Cikini, yang menyuguhkan rijsttafel, yaitu hidangan menu set dengan bermacam jenis masakan Indonesia.
Kemudian ada Restoran Warong Shanghai Blue 1920 di Kebon Sirih yang dibangun untuk mengenang Warong Shanghai Sunda Kelapa dan pendirinya seorang perempuan Betawi, Empok Siti Djaenab. Empok Siti seumur hidupnya mengabdikan diri mengembangkan tempat makan itu bersama suaminya yang keturunan China. Mudah ditebak, di resto ini masakan China dan Indonesia, yaitu Betawi, Jawa, bermacam mi, dan masakan vegetarian, menjadi sajian utama.
Kalau sekadar mencari kudapan atau makanan yang tidak terlalu berat, ada Restoran Es Krim Italia Ragusa di Jalan Veteran I, Restoran Trio di Jalan Gondangdia Lama, Restoran Tan Goei di kawasan Menteng, dan Es Krim Tjan Nang di Jalan Cikini Raya. Semuanya ada di Jakarta Pusat.
Tanpa penyedap
Namanya saja restoran, masalah rasa pasti nomor satu. Di restoran-restoran penghidang menu kuno, rasa yang otentik diperkuat dengan jaminan pengolahan makanan higienis dan tentu saja halal. Ini demi menjangkau semua konsumen. Selain itu, suasana ruangan selalu dijaga hangat dan nyaman.
Di Huize Trivelli, sambil menunggu hidangan tersaji, pengunjung bisa menikmati ruangan yang begitu ”rumahan”.
Meja marmer dan kursi kayu beranyaman rotan ditata di setiap relung ruangan. Keramik dan perabot khas China, Eropa, dan Jawa ada di penjuru ruang. Dari lampu gantung sampai detail pegangan pintu terjaga keasliannya. Buku-buku sejarah lengkap dengan foto-foto Jakarta lama ada di setiap meja. Para tamu bisa bersantai di sofa membaca sambil bersantap.
Makanan hanya dimasak sesaat setelah dipesan. Makanya, restoran ini tidak melayani pembatalan pesanan. Penyedap rasa pun menjadi barang haram.
Martono, pemilik Chicken Master, menjamin ayam dimasak hanya memakai tepung ayam dan kaldu ayam untuk memperkaya rasa.
”Kami mencoba menghadirkan masakan yang sehat. Selain tanpa MSG, kami juga memastikan ayam yang dimasak adalah ayam kampung agar daging tidak amis,” ucap Martono.
Jadi, jangan ragu mencicipi hidangan di resto kuno. Hmm… lidah pasti bergoyang.
Topik Terkait
Wisata Kuliner